Di Jurnalac, kamu bisa menemukan berita terbaru, artikel pilihan, serta opini-opini segar dari berbagai sudut pandang.

Search Suggest

China Percepat Kemandirian Teknologi dan Sains dalam Rencana Ekonomi Baru

China Percepat Kemandirian Teknologi & Sains dalam Rencana Ekonomi Baru

 



Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menyaksikan bagaimana persaingan global di bidang teknologi semakin memanas. Negara-negara besar berlomba-lomba untuk memperkuat posisi mereka sebagai pemimpin inovasi. Di tengah dinamika tersebut, Tiongkok atau China kini menegaskan tekadnya untuk mempercepat langkah menuju kemandirian di bidang sains dan teknologi.
Langkah ini bukan sekadar ambisi ekonomi, melainkan strategi besar untuk menjamin keamanan nasional, keberlanjutan industri, dan posisi strategis China di panggung global.


Latar Belakang: Tantangan Ekonomi dan Tekanan Global

Selama beberapa dekade, pertumbuhan ekonomi China bergantung pada integrasi kuat dengan rantai pasok global. Negeri Tirai Bambu menjadi “pabrik dunia” berkat tenaga kerja murah dan kapasitas produksi yang masif. Namun, dalam lima tahun terakhir, situasi mulai berubah.
Ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat, pembatasan ekspor chip dan komponen teknologi tinggi, serta tekanan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik membuat China menyadari pentingnya berdiri di atas kaki sendiri dalam hal teknologi inti.

Pembatasan ekspor semikonduktor oleh negara Barat menjadi pukulan besar bagi industri manufaktur dan teknologi China. Banyak perusahaan besar seperti Huawei, SMIC, dan lainnya mengalami kesulitan mendapatkan akses ke teknologi chip canggih. Dari sinilah muncul kesadaran bahwa ketergantungan pada pihak luar dapat menjadi kelemahan strategis jangka panjang.

Selain itu, pandemi COVID-19 sempat memperlihatkan betapa rentannya rantai pasok global. China, yang selama ini menjadi pemasok utama komponen dan bahan baku bagi banyak negara, juga ikut terdampak oleh gangguan produksi internasional.
Semua faktor tersebut mendorong pemerintah China untuk mengarahkan fokus pada “self-reliance” — kemandirian nasional dalam penelitian, pengembangan, dan produksi teknologi tinggi.


Rencana Lima Tahun Baru: Pusat Inovasi dan Riset Nasional

Dalam rancangan Rencana Lima Tahun (2026–2030) yang sedang disusun, Beijing menempatkan pengembangan sains dan teknologi sebagai prioritas tertinggi.
Alih-alih hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi berbasis manufaktur, rencana baru ini menekankan investasi besar pada riset dasar, inovasi industri, dan pendidikan tinggi di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Beberapa poin utama dalam rencana tersebut antara lain:

  1. Meningkatkan pendanaan riset dan pengembangan (R&D) hingga mencapai lebih dari 3% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

  2. Membangun ekosistem riset yang terintegrasi antara universitas, lembaga penelitian, dan perusahaan swasta.

  3. Mengembangkan pusat inovasi nasional di kota-kota seperti Beijing, Shenzhen, Shanghai, dan Chengdu.

  4. Memperkuat industri strategis, seperti semikonduktor, kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, bioteknologi, serta teknologi komunikasi generasi berikutnya (6G).

  5. Mendorong reformasi pendidikan dan pelatihan tenaga kerja agar lulusan baru mampu bersaing dalam bidang sains dan teknologi mutakhir.

Langkah-langkah ini dirancang untuk memastikan bahwa China tidak hanya menjadi pengguna teknologi global, tetapi juga pencipta dan pemimpin inovasi baru.


Fokus pada Teknologi Inti: Dari Chip hingga Energi Terbarukan

China menyadari bahwa kemandirian teknologi tidak bisa dicapai secara instan. Negara ini memetakan beberapa bidang strategis yang akan menjadi prioritas utama.

  1. Semikonduktor (Chip):
    Produksi chip adalah jantung dari hampir semua perangkat modern. Dari smartphone hingga kendaraan listrik, semuanya bergantung pada semikonduktor. China menargetkan mampu memproduksi chip dengan teknologi setara 7 nanometer secara mandiri dalam lima tahun mendatang. Meski masih tertinggal dari produsen seperti TSMC dan Samsung, kemajuan cepat terus dilaporkan melalui perusahaan seperti SMIC.

  2. Kecerdasan Buatan (AI):
    Pemerintah China ingin menjadikan AI sebagai tulang punggung ekonomi digital. Melalui kebijakan “AI for All”, China mendukung pengembangan sistem pembelajaran mesin, robotika, dan pemrosesan bahasa alami, tidak hanya untuk industri tetapi juga layanan publik seperti kesehatan dan transportasi.

  3. Energi Terbarukan:
    Di tengah krisis iklim global, China mempercepat transisi ke energi hijau. Investasi besar dialokasikan untuk teknologi panel surya, turbin angin, dan baterai penyimpanan energi. Negara ini juga menjadi salah satu pemimpin dunia dalam kendaraan listrik dan produksi baterai lithium.

  4. Bioteknologi dan Farmasi:
    Pandemi global membuktikan betapa pentingnya kemandirian di sektor kesehatan. China kini berfokus pada pengembangan obat-obatan berbasis gen, vaksin mRNA, dan teknologi biomedis lainnya untuk memastikan ketahanan kesehatan nasional.


Membangun Infrastruktur Digital Nasional

Selain riset dan inovasi, pemerintah China juga memperkuat infrastruktur digital untuk mendukung ambisi teknologinya.
Program “Digital China” berfokus pada pengembangan jaringan komunikasi berkecepatan tinggi, pusat data berskala besar, serta integrasi teknologi cloud dan komputasi kuantum.
Tujuannya adalah menciptakan sistem yang mampu memproses data dalam jumlah besar untuk kebutuhan riset dan industri.

Dalam konteks ini, perusahaan seperti Alibaba Cloud, Tencent Cloud, dan Huawei Cloud memainkan peran penting sebagai penyedia infrastruktur teknologi domestik.
Pemerintah juga berusaha memastikan keamanan data nasional dengan mengatur ketat arus data lintas batas, sejalan dengan undang-undang keamanan siber yang semakin diperkuat.


Kolaborasi, Bukan Isolasi

Meskipun fokus utama adalah kemandirian, China tidak bermaksud menutup diri dari kerja sama global.
Pemerintah tetap membuka peluang bagi kolaborasi internasional, terutama di bidang riset ilmiah dan proyek lingkungan.
Namun, pendekatannya kini lebih selektif — China ingin bekerja sama dalam posisi yang setara, bukan sebagai pihak yang bergantung.

Salah satu bentuk nyata dari pendekatan ini adalah kerja sama penelitian bersama di bidang ruang angkasa, energi terbarukan, dan bioteknologi dengan negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Selain itu, banyak universitas di China yang menjalin kemitraan akademik dengan lembaga riset dari Eropa dan Timur Tengah untuk memperkuat pertukaran pengetahuan dan inovasi.


Dampak terhadap Dunia dan Pasar Global

Langkah China untuk mempercepat kemandirian teknologi memiliki dampak besar terhadap ekonomi global.
Jika berhasil, negara ini bisa mengurangi ketergantungan pada produk dan teknologi Barat, serta menciptakan ekosistem inovasi baru yang menyaingi Silicon Valley.
Bagi negara lain, ini berarti munculnya pesaing besar di pasar global — dari kendaraan listrik hingga teknologi kecerdasan buatan.

Namun, dari sisi positif, kemajuan China juga dapat mempercepat kolaborasi internasional dalam penelitian ilmiah, karena kompetisi sering kali menjadi pemicu percepatan inovasi.
Kemandirian teknologi juga dapat memperkuat stabilitas ekonomi dunia jika diiringi dengan perdagangan terbuka dan standar global yang adil.


Tantangan dan Hambatan di Depan

Meski ambisi China sangat besar, jalan menuju kemandirian penuh tidak mudah. Ada beberapa tantangan yang masih dihadapi:

  1. Keterbatasan akses terhadap teknologi canggih, terutama dalam pembuatan peralatan litografi ekstrem untuk chip berukuran di bawah 5 nm.

  2. Kurangnya inovasi orisinal di beberapa sektor, karena sebagian industri masih mengandalkan adaptasi dari teknologi luar negeri.

  3. Risiko kebocoran data dan keamanan siber, yang bisa menjadi penghalang dalam membangun kepercayaan global.

  4. Ketimpangan antara kota besar dan daerah terpencil dalam hal akses pendidikan dan teknologi.

  5. Persaingan global yang ketat, terutama dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan yang juga berinvestasi besar di bidang serupa.


Kesimpulan: Langkah Strategis Menuju Masa Depan Mandiri

Kemandirian sains dan teknologi adalah langkah besar yang menunjukkan arah baru bagi China.
Bukan hanya tentang ekonomi, melainkan tentang kedaulatan nasional dalam era digital.
Dengan investasi besar, reformasi pendidikan, dan kebijakan inovatif, China berusaha menegaskan dirinya sebagai kekuatan global yang tidak hanya mampu memproduksi barang, tetapi juga menciptakan teknologi masa depan.

Apabila strategi ini berjalan sesuai rencana, dalam satu dekade ke depan dunia mungkin akan menyaksikan babak baru dalam sejarah teknologi — di mana pusat inovasi global tidak lagi hanya berpusat di Barat, tetapi juga di Timur.
Kemandirian yang dikejar China bukanlah bentuk isolasi, melainkan pernyataan kesiapan untuk bersaing dan berkontribusi dalam tatanan dunia baru yang berbasis pada pengetahuan dan inovasi.

Posting Komentar