Di Jurnalac, kamu bisa menemukan berita terbaru, artikel pilihan, serta opini-opini segar dari berbagai sudut pandang.

Search Suggest

China Mempercepat Strategi Kemandirian Teknologi dan Sains dalam Rencana Lima Tahun Terbaru

China Percepat Strategi Kemandirian Teknologi & Sains dalam Rencana Lima Tahun Terbaru

 



Pendahuluan

China kembali menjadi sorotan dunia setelah pemerintahnya mengumumkan fokus baru dalam rencana lima tahun ke-15 yang menitikberatkan pada percepatan kemandirian di bidang teknologi dan sains. Langkah ini tidak hanya mencerminkan ambisi negara tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain, tetapi juga menunjukkan keseriusan Beijing dalam memperkuat pondasi inovasi domestik di tengah persaingan global yang semakin ketat.

Rencana ini mencakup strategi menyeluruh — mulai dari penguatan riset dasar, peningkatan kapasitas industri semikonduktor, pengembangan kecerdasan buatan, hingga kemandirian energi hijau. Dengan pendekatan tersebut, China berharap dapat mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pusat teknologi terkemuka dunia pada dekade berikutnya.


Latar Belakang dan Alasan Strategis

Selama beberapa dekade terakhir, China telah berkembang dari negara manufaktur berbiaya rendah menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan teknologi global. Namun, ketergantungan pada teknologi luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, masih menjadi titik lemah utama.

Situasi ini semakin terlihat ketika sejumlah perusahaan teknologi China, seperti Huawei dan SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation), menghadapi pembatasan ekspor dari negara lain. Pembatasan tersebut mendorong pemerintah China untuk mempercepat target “self-reliance” atau kemandirian dalam pengembangan teknologi strategis.

Selain itu, perubahan geopolitik dan dinamika rantai pasok global akibat pandemi COVID-19 juga menambah kesadaran pentingnya memiliki ekosistem teknologi yang berdiri di atas kaki sendiri. Dengan kata lain, kemandirian teknologi kini bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan strategis bagi masa depan ekonomi nasional China.


Fokus Utama Rencana Lima Tahun

Rencana lima tahun terbaru China (2026–2030) menekankan sejumlah sektor prioritas yang dianggap akan menjadi fondasi bagi kekuatan ekonomi dan militer di masa depan. Beberapa sektor tersebut antara lain:

1. Semikonduktor dan Mikroelektronika

China menargetkan untuk memperkuat kemampuan produksi chip lokal, baik dari segi desain maupun manufaktur. Pemerintah telah menyiapkan dana investasi besar untuk membangun fasilitas baru dan mendukung riset dalam teknologi litografi, material semikonduktor, serta sistem pendingin dan integrasi chip.

Dengan semikonduktor yang menjadi “otak” bagi seluruh perangkat elektronik modern — mulai dari ponsel hingga kendaraan listrik — China ingin memastikan pasokan dalam negeri tetap stabil tanpa harus bergantung pada impor dari negara barat atau Taiwan.

2. Kecerdasan Buatan (AI) dan Big Data

AI menjadi kunci utama dalam transformasi digital di berbagai sektor. Pemerintah China berencana memperluas penggunaan AI untuk kesehatan, transportasi, pertahanan, dan industri manufaktur pintar. Selain itu, pusat superkomputer nasional akan diperluas agar penelitian berbasis data skala besar dapat berjalan lebih cepat dan efisien.

3. Energi Terbarukan dan Teknologi Hijau

Kemandirian tidak hanya sebatas pada teknologi digital, tetapi juga pada energi bersih. China berambisi menjadi pemimpin dunia dalam produksi panel surya, turbin angin, dan baterai penyimpanan energi. Target jangka panjangnya adalah mencapai net-zero emission sebelum tahun 2060.

Untuk mencapai hal ini, riset pada material baterai generasi baru dan sistem penyimpanan energi jangka panjang akan mendapat perhatian besar.

4. Bioteknologi dan Kesehatan

Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran berharga bahwa ketahanan nasional juga bergantung pada kemampuan sains dan kesehatan. Oleh karena itu, rencana baru China memasukkan bioteknologi, farmasi, dan pengembangan vaksin sebagai bidang strategis yang harus mandiri.

Pemerintah akan memperkuat kolaborasi antara laboratorium nasional, universitas, dan sektor swasta agar inovasi dalam bidang medis bisa lebih cepat diterapkan.

5. Teknologi Luar Angkasa

China terus memperluas ambisinya di luar angkasa. Dalam periode ini, program eksplorasi bulan dan Mars akan diperkuat, serta pengembangan sistem navigasi satelit Beidou akan ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan pada GPS Amerika Serikat.

Selain itu, proyek pembangunan stasiun luar angkasa mandiri juga menjadi simbol kemandirian sains China di tingkat global.


Pendekatan dan Implementasi

Untuk memastikan semua target tersebut tercapai, pemerintah China menerapkan pendekatan “inovasi terintegrasi nasional”. Artinya, seluruh sektor — mulai dari lembaga riset, universitas, perusahaan swasta, hingga badan militer — akan disinergikan dalam satu arah kebijakan.

Langkah implementasi mencakup:

  • Peningkatan anggaran riset nasional (R&D) hingga lebih dari 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

  • Pendirian lembaga inovasi nasional baru untuk mempercepat hilirisasi hasil riset ke sektor industri.

  • Insentif pajak dan pendanaan bagi perusahaan yang melakukan penelitian jangka panjang.

  • Kolaborasi antara sektor sipil dan militer dalam pengembangan teknologi strategis seperti satelit, komunikasi kuantum, dan AI pertahanan.

Pemerintah juga mendorong “talent repatriation program”, yaitu upaya menarik kembali ilmuwan dan insinyur China yang bekerja di luar negeri untuk pulang dan berkontribusi di tanah air.


Dampak terhadap Ekonomi dan Dunia Internasional

Kemandirian teknologi China berpotensi mengubah peta ekonomi global. Dengan meningkatkan kemampuan dalam produksi komponen penting seperti chip dan baterai, China dapat memperkuat rantai pasok internal dan menekan ketergantungan impor.

Dampaknya tidak hanya dirasakan di dalam negeri, tetapi juga oleh negara lain yang menjadi bagian dari rantai pasok global. Misalnya, jika China berhasil memproduksi chip secara mandiri, permintaan terhadap produk dari Amerika atau Taiwan bisa menurun, yang pada gilirannya mengubah dinamika perdagangan dunia.

Selain itu, inovasi di sektor energi hijau dan AI bisa mempercepat transisi global menuju ekonomi rendah karbon. Banyak negara berkembang yang bergantung pada teknologi murah dari China untuk memperluas penggunaan energi bersih, sehingga langkah ini bisa membawa dampak positif bagi iklim dunia.

Namun, di sisi lain, beberapa negara mungkin melihat langkah ini sebagai bentuk “teknonasionalisme” baru yang dapat memperkuat rivalitas teknologi global. Karena itu, keseimbangan antara kemandirian dan kerja sama internasional akan menjadi kunci agar strategi ini tidak menimbulkan ketegangan baru.


Tantangan yang Dihadapi

Meski ambisi China sangat besar, jalan menuju kemandirian penuh tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan utama yang dihadapi:

  1. Keterbatasan Teknologi Inti:
    Produksi chip dengan teknologi di bawah 5 nanometer masih memerlukan peralatan litografi canggih yang sebagian besar dikendalikan oleh perusahaan barat.

  2. Brain Drain dan Kualitas SDM:
    Meskipun banyak ilmuwan berbakat, jumlah tenaga ahli dengan pengalaman riset tingkat tinggi masih terbatas dibandingkan negara maju.

  3. Persaingan Global:
    Negara-negara lain juga berinvestasi besar dalam AI, energi, dan bioteknologi. Untuk menjadi pemimpin, China harus terus berinovasi dan menjaga kecepatan kemajuan.

  4. Masalah Regulasi dan Inovasi Swasta:
    Beberapa kalangan menilai bahwa sistem birokrasi dan regulasi ketat kadang menghambat kreativitas dan kebebasan penelitian di sektor swasta.


Pandangan ke Depan

China tampaknya menyadari bahwa masa depan ekonomi tidak lagi hanya bergantung pada industri manufaktur, tetapi pada kemampuan menguasai teknologi tinggi. Dengan strategi yang semakin terarah, negara ini sedang berusaha menciptakan ekosistem inovasi nasional yang mampu bersaing dengan Silicon Valley, Jepang, dan Korea Selatan.

Jika strategi ini berhasil, dalam satu dekade ke depan China dapat menjadi pusat teknologi mandiri terbesar di dunia, dengan kemampuan penuh dalam produksi semikonduktor, AI, energi hijau, hingga teknologi luar angkasa. Namun, keberhasilan ini akan sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ambisi nasional dan kolaborasi internasional.

Kemandirian bukan berarti menutup diri, tetapi memastikan bahwa setiap kemajuan sains dan teknologi bisa memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan dunia secara keseluruhan.


Kesimpulan

Rencana lima tahun terbaru China menandai babak baru dalam perjalanan menuju kemandirian teknologi dan sains. Dengan strategi besar yang mencakup semikonduktor, AI, energi hijau, bioteknologi, dan luar angkasa, China sedang menyiapkan fondasi masa depan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Upaya ini bukan sekadar ambisi ekonomi, melainkan bagian dari visi jangka panjang untuk menjadikan inovasi sebagai sumber kekuatan nasional. Meski menghadapi tantangan besar, langkah ini menunjukkan bahwa masa depan teknologi dunia tidak lagi terpusat pada satu wilayah saja — melainkan semakin multipolar, dengan China memainkan peran yang sangat penting di dalamnya.

Posting Komentar