Di Jurnalac, kamu bisa menemukan berita terbaru, artikel pilihan, serta opini-opini segar dari berbagai sudut pandang.

Search Suggest

Rupiah Melemah Menjelang Rilis Data Inflasi Amerika Serikat

Rupiah melemah menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat yang dinantikan pasar global.



Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali menunjukkan pelemahan pada perdagangan Selasa pagi, 12 Agustus 2025. Rupiah tercatat melemah sekitar 0,06% atau setara dengan Rp10, sehingga bergerak di kisaran Rp16.290 per dolar AS. Pelemahan ini menjadi sorotan pasar, terutama menjelang pengumuman data Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi dari Amerika Serikat yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Data inflasi AS sangat dinantikan oleh para pelaku pasar global karena memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Jika inflasi menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan, The Fed diperkirakan akan mempertahankan atau bahkan memperketat kebijakan suku bunga untuk menekan tekanan inflasi. Sebaliknya, inflasi yang lebih rendah bisa memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga atau menahan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Sentimen ini memicu ketidakpastian di pasar mata uang, termasuk rupiah. Investor cenderung menahan diri dan memilih aset yang dianggap lebih aman sementara menunggu kepastian dari data inflasi tersebut. Akibatnya, permintaan terhadap dolar AS meningkat sehingga membuat rupiah melemah.

Selain faktor inflasi, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti ketegangan geopolitik yang masih berlangsung serta data ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia yang kurang menggembirakan. Faktor-faktor ini menambah tekanan pada rupiah di tengah likuiditas global yang ketat.

Bank Indonesia melalui kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) juga melaporkan pelemahan rupiah sebesar Rp45 menjadi Rp16.298 per dolar AS. Angka ini menggambarkan tren serupa yang terjadi di pasar valuta asing domestik.

Para analis menilai bahwa rupiah masih akan bergerak volatil dalam beberapa hari ke depan, terutama menunggu hasil rilis data inflasi AS serta sinyal-sinyal dari The Fed terkait arah kebijakan moneter ke depan. Investor dan pelaku pasar disarankan untuk berhati-hati dan memantau perkembangan data ekonomi serta kondisi global yang bisa memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Posting Komentar